Teknik Mendaki
1. Face Climbing
Yaitu memanjat pada permukaan tebing dimana masih terdapat tonjolan atau  rongga yang memadai sebagai pijakan kaki maupun pegangan tangan. Para  pendaki pemula biasanya mempunytai kecenderungan untuk mempercayakan  sebagian berat badannya pada pegangan tangan, dan menempatkan badanya  rapat ke tebing. Ini adalah kebiasaan yang salah. Tangan manusia tidak  bias digunakan untuk mempertahankan berat badan dibandingkan kaki,  sehingga beban yang diberikan pada tangan akan cepat melelahkan untuk  mempertahankan keseimbangan badan. Kecenderungan merapatkan berat badan  ke tebing dapat mengakibatkan timbulnya momen gaya pada tumpuan kaki.  Hal ini memberikan peluang untuk tergelincir.Konsentrasi berat di atas  bidang yang sempit (tumpuan kaki) akan memberikan gaya gesekan dan  kestabilan yang lebih baik.
2. Friction / Slab Climbing
Teknik ini semata-mata hanya mengandalkan gaya gesekan sebagai gaya  penumpu. Ini dilakukan pada permukaan tebing yang tidak terlalu  vertical, kekasaran permukaan cukup untuk menghasilkan gaya gesekan.  Gaya gesekan terbesar diperoleh dengan membebani bidang gesek dengan  bidang normal sebesar mungkin. Sol sepatu yang baik dan pembebanan  maksimal diatas kaki akan memberikan gaya gesek yang baik.
3. Fissure Climbing
Teknik ini memanfaatkan celah yang dipergunakan oleh anggota badan yang  seolah-olah berfungsi sebagai pasak. Dengan cara demikian, dan beberapa  pengembangan, dikenal teknik-teknik berikut.
* Jamming, teknik memanjat dengan memanfaatkan celah yang tidak  begitu besar. Jari-jari tangan, kaki, atau tangan dapat  dimasukkan/diselipkan pada celah sehingga seolah-olah menyerupai pasak.
* Chimneying, teknik memanjat celah vertical yang cukup lebar (chomney).  Badan masuk diantara celah, dan punggung di salah satu sisi tebing.  Sebelah kaki menempel pada sisi tebing depan, dan sebelah lagi menempel  ke belakang. Kedua tangan diletakkan menempel pula. Kedua tangan  membantu mendororng keatas bersamaan dengan kedua kaki yang mendorong  dan menahan berat badan.
* Bridging, teknik memanjat pada celah vertical yang cukup besar  (gullies). Caranya dengan menggunakan kedua tangan dan kaki sebagai  pegangan pada kedua celah tersebut. Posisi badan mengangkang, kaki  sebagai tumpuan dibantu oleh tangan yang juga berfungsi sebagai penjaga  keseimbangan.
* Lay Back, teknik memanjat pada celah vertical dengan menggunakan  tangan dan kaki. Pada teknik ini jari tangan mengait tepi celah tersebut  dengan punggung miring sedemikian rupa untuk menenpatkan kedua kaki  pada tepi celah yang berlawanan. Tangan menarik kebelakang dan kaki  mendorong kedepan dan kemudian bergerak naik ke atas silih berganti.
Pembagian Pendakian Berdasarkan Pemakaian Alat
Free Climbing
Sesuai dengan namanya, pada free climbing alat pengaman yang paling baik  adalah diri sendiri. Namun keselamatan diri dapat ditingkatkan dengan  adanya keterampilan yang diperoleh dari latihan yang baik dan mengikuti  prosedur yang benar. Pada free climbing, peralatan berfungsi hanya  sebagai pengaman bila jatuh. Dalam pelaksanaanya ia bergerak sambil  memasang, jadi walaupun tanpa alat-alat tersebut ia masih mampu bergerak  atau melanjutkan pendakian. Dalam pendakian tipe ini seorang pendaki  diamankan oleh belayer.
Free Soloing
Merupakan bagian dari free climbing, tetapi sipendaki benar-benar  melakukan dengan segala resiko yang siap dihadapinya sendiri.Dalam  pergerakannya ia tidak memerlukan peralatan pengaman. Untuk melakukan  free soloing climbing, seorang pendaki harus benar-benar mengetahui  segala bentuk rintangan atau pergerakan pada rute yang dilalui. Bahkan  kadang-kadang ia harus menghapalkan dahulu segala gerakan, baik itu  tumpuan ataupun pegangan, sehingga biasanya orang akan melakukan free  soloing climbing bila ia sudah pernah mendaki pada lintasan yang sama.  Resiko yang dihadapi pendaki tipe ini sangat fatal sekali, sehingga  hanya orang yang mampu dan benar-benar professional yang akan  melakukannya.
Atrificial Climbing
Pemanjatan tebing dengan bantuan peralatan tambahan, seperti paku  tebing, bor, stirrup, dll. Peralatan tersebut harus digunakan karena  dalam pendakian sering sekali dihadapi medan yang kurang atau tidak sama  sekali memberikan tumpuan atau peluang gerak yang memadai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar